Kamis, 03 April 2008

Tentang Surat-menyurat


Nama surat sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kita tahu bahwa surat merupakan salah satu media komunikasi untuk menyampaikan suatu informasi kepada orang lain. Dalam buku Korespondensi Bahasa Indonesia, (Depdikbud, 1980:11) menyatakan bahwa surat tidak lain adalah sehelai kertas atau lebih yang memuat bahan komunikasi yang dibuat seseorang baik atas nama pribadi maupun organisasi, yang disampaikan kepada seseorang baik atas nama pribadi maupun organisasi. Surat adalah alat komunikasi secara tertulis. Dan komunikasi itu akan dipandang secara efektif jika apa yang dikomunikasikan itu dapat sampai kepada tujuannya sesuai dengan sumbernya.
Selain mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi, surat juga berfungsi sebagai alat bukti secara tertulis, sebagai pengingat, sebagai bukti, pedoman dan sebagai duta organisasi. Sedangkan bahasa yang digunakan dalam menulis surat bergantung oleh “kepada siapa surat itu ditujukan?” Dengan demikian dapatlah dikatakan, bahwa bahasa surat itu dilahirkan secara tertulis. Sebelum bahasa itu ditulis di atas kertas, hendaknya dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah sesuai dengan jenis surat yang akan ditulis.
Jenis surat yang beredar dalam masyarakat beraneka ragam, baik dilihat dari isi dan tujuannya maupun dari wujud dan sifatnya. Keanekaragaman seperti itu sangatlah wajar, karena bidang kegiatan masyarakat yang menggunakan surat itupun sangat luas. Apabila diadakan klasifikasi, maka semua surat itu dapat dikelompokkan dalam pelbagai hal seperti tersebut di bawah ini.

1. Wujud
Menurut wujudnya, surat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
 Kartu pos,
 Warkat pos,
 Surat bersampul,
 Memorandum dan nota,

2. Tujuan
Berdasarkan tujuan penulisannya, surat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
 Surat pemberitahuan,
 Surat perintah,
 Surat permintaan/ permohonan,
 Surat susulan,
 Surat panggilan,
 Surat pengantar,
 Surat keputusan,
 Surat laporan, surat perjanjian,
 Surat penawaran, pesanan, dan lain-lain.

3. Sifat isinya
Menurut sifat isinya, surat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
 Surat dinas, ialah surat yang memuat persoalan kedinasan dan dibuat instansi pemerintah;
 Surat pribadi, dapat dikategorikan antara lain:
a) Surat pribadi yang isinya bersifat kekeluargaan, persahabatan dan perkenalan;
b) Surat pribadi yang isinya bersifat resmi, misalnya surat lamaran pekerjaan, surat permohonan kepada suatu instansi baik pemerintah maupun perusahaan;
 Surat niaga, ialah surat yang memuat persoalan niaga dan dibuat oleh badan perusahaan;
 Surat sosial, ialah surat yang dibuat oleh pelbagai lembaga sosial;
 Telegram
Ada dua bentuk telegram, yaitu telegram yang pengirimannya disalurkan melalui pesawat telegraf (morse, telex dn teleprinter) dan surat telegram atau terkenal dengan nama surat kawat. Surat kawat ialah surat yang ditulis dengan gaya bahasa telegram dan pengirimannya dilakukan sebagai surat biasa.
 Surat pengantar, ialah surat yang berbentuk daftar yang digunakan untuk mengirimkan sesuatu bersama surat itu.

4. Jumlah penerima
Dilihat dari segi jumlah penerimanya, maka surat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
 Surat biasa, yaitu surat yang dikirim kepada seseorang, seorang pejabat atau organisasi.
 Surat edaran, yaitu surat yang ditujukan kepada beberapa orang atau pejabat tertentu, dan lain-lain.
 Surat pengumuman, yaitu surat yang ditujukan kepada sejumlah orang atau pejabat, dan lain-lain yang namanya sulit dituliskan satu per satu.

5. Keamanan isinya
Dilihat dari segi keamanan isinya, maka surat dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
 Sangat rahasia
Surat semacam ini ditandai dengan “SRHS” atau “SR”. Surat yang bersifat seperti ini hanya digunakan untuk surat atau dokumen yang berhubungan erat dengan keamanan Negara.
 Rahasia (konfidensial)
Surat rahasia ditandai “RHS” atau “R”. Surat yang seperti ini hanya digunakan untuk surat atau dokumen yang isinya tidak boleh diketahui orang lain
 Biasa
Surat biasa ialah urat yang tidak akan menimbulkan akibat buruk atau yang dapat merugikan organisasi atau pejabat yang bersangkutan, apabila isinya dibaca orang lain.

6. Urgensi penyelesaian/ pengirimannya
Berdasarkan urgensi penyelesaian/ pengirimannya, surat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
 Sangat segera/kilat
Isi surat ini harus secepat mungkin ditanggapi atau diselesaikan atau diketahui oleh penerimanya. Oleh karena itu, baik penyelesaiannya maupun pengirimannya harus dilakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya.
 Segera
Isi yang bersifat “segera” ini harus segera ditanggapi atau diselesaikan atau diketahui oleh penerimanya. Akan tetapi tidak perlu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya seperti surat yang bersifat “sangat segera/ kilat”.
 Biasa
Surat yang bersifat seperti ini tidak memerlukan tanggapan penyelesaian yang cepat. Pengurusannya dilakukan menurut urutan masuk saja. Namun, tidak berarti surat seperti ini tidak memerlukan jawaban.

Daftar Rujukan

Depdikbud. 1980. Korespondensi Bahasa Indonesia. Jakarta: P.T Grafitas Offset.

Cerpen_Tugas Mading


“SEBUAH HARAPAN TERPENDAM”


Seneng rasanya, jika mempunyai teman-teman yang “care” , dan peduli satu sama lain. Dan semua itu udah aku dapetin di kampusku. Aku, Risma, Ika, terlahir dari sudut pandang dan keluarga yang berbeda. Aku sadar, kami juga mempunyai segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. Akan teatapi, justru perbedaan itu yang menyatukan kami.
***

Dua tahun yang lalu, aku merasa sebagai orang asing yang tiba-tiba terdampar di pulau orang. Ya……aku datang ke kota Surabaya. Tak sedikit orang yang senang tinggal di kota ini. Sebagai kota metropolis, Surabaya memang sangat ramai. Banyak pusat-pusat perbelanjaan diberbagai sudut kota, sekolah-sekolah elite dan fasilitas yang memadai. Banyak juga orang dari kampungku yang mencoba datang ke Surabaya mengadu nasib. Mereka berusaha mencari pekerjaan yang layak untuk mengepulkan asap dapur keluarganya di kampung. Namun, tidak bagi aku. Aku dtamg ke Surabaya untuk mencari ilmu.
Aku bersyukur terlahir dari keluarga yng cukup mampu jika dibandingkan dengan teman-temanku di sini. Tapi, itu bukan satu hal yang patut auk banggakan. Keluargaku selalu mengajarkan hidup sederhana dan apa adanya. “Harta itu hanya titipan nak, suatu saat bisa di ambil oleh Allah. Ayah berharap kamu tidak pamer pada teman-temanmu di Surabaya”. Itulah pesan dari ayahku waktu kali pertama aku berangkat ke Surabaya.
***

Sabtu, 12 Juli 2006, kali pertama aku menginjakkan kaki ke kota Surabaya. Semua terasa begitu aneh. Apa yang diceritakan orang-orang tentang Surabaya tidak semuanya benar. “Surabaya itu sangat ramai dan bersih Din”. Aku masih ingat kata-kata itu terucap dari mulut Bang Ramli, tetanggaku. Kota yang ramai, itu mungkin benar, pikirku!. Tapi kota yang bersih??????? aku meragukannya. Mungkin orang-orang yang datang ke kota ini tidak memperhatikan tumpukan sampah di mana-mana. Padahal hal itu amatlah mencolok dan terlihat oleh mata.
***

Sampah, sampah, dan sampah. Rasanya tak akan pernah habis kalau bicara soal sampah. Hampir di seluruh pinggir-pinggir jalan masuk kota Surabaya terdapat tumpukan sampah yang menggunung. Yang paling tidak tahan, bau sampah itu sampai tercium sewaktu aku dalam perjalanan ke suatu tempat. Dalam hati, aku hanya bisa prihatin melihat fenomena itu. Aku pernah melihat acara di sebuah stasiun TV, bahwa pemerintah kota Surabaya sudah menyediakan tempat khusus untuk pembuangan sampah. Tapi, kenyataannya sampah masih merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan oleh semua orang.
Bahkan, beberapa hari yang lalu ketika berangkat ke Kampus, aku melihat orang membuang dua tong sampah ke lahan kosong milik orang. Padahal jelas-jelas di sebelahnya sudah disediakan temapat pembuangan sampah (TPS). Aku jadi heran, kenapa orang-orang tidak sadar sedikitpun. Tp, aku toh hanya bisa diam dan memandang saja. Di satu sisi tidak mungkin aku menegur atau sekadar memperingatkan orang itu. Bisa-bisa aku kena marah orang sekampung. Tapi, di sisi lain aku seorang mahasiswa yang seharusnya tahu yang benar dan yang salah. Ahhhhhhhhhh entahlah, semua hanya bisa jadi cerita.
***

Pernah terpikir dalam anganku untuk mengajukan ide kecil tentang masalah kebersihan di kampus. Namun, semua itu hanya sebuah angan yang sulit akk wujudkan. Aku ini siapa? Saat itu aku hanya seorang mahasiswa baru yang ga’ tahu apa-apa tentang dunia kampus. Selain itu, aku hanya anak desa dari Sragen dan di sini hanya belajar. Tapi, aku bingung dengan kelakuan orang-orang di sini. Semua serba acuh. Aku juga minder dengan teman-teman yang gaya hidupnya serba wah…!
Hari-hari di Surabaya kulalui sendiri. Pergi dan pulang kuliah pun sendirian. Mungkin teman-temanku sering omongin aku di belakang. Aku minder melihat tema-temanku. Pernah suatu hari, aku diledekin teman-teman dengan sebutan manusia udik . Tapi auk ga’ peduli. Omongan itu selalu ku dengar dari telinga kanan dan keluar telinga kiri. Begitu seterusnya, sampai mereka akhirnya bosan.
***

Risma dan Ika adalah teman yang sangat peduli sama aku. Di saat aku diledekin teman yang lain mereka selalu bela aku abis-abisan. Terutama si Risma yang cerewet dan super Pede. Tidak salah kalau dia menjadi salah satu anggota dari organisasi di kampus kami. Aku paling dekat dengan dia. Tapi, karena kesibukannya sekarang, kami jarang ngumpul-ngumpul bareng di luar jam kuliah. Paling-paling kalau ada waktu luang, kami bertiga pergi ke toko buku atau ngobrol.
Kedekatanku dengan Risma mungkin bisa menjadi jalan untuk menuangkan ide lamaku tentang sampah dan kebersihan. Sebagai aktivis dalam kampus, mungkin dia bisa mengutarakan ideku disela-sela rapat.
***

Masih aku ingat menjelang bulan Agustus yang lalu, kampus mengadakan lomba antar jurusan. Waktu itu, aku membaca madding bahwa akan diadakan berbagai lomba antar kelas dan antar jurusan dalam rangka memperingati hari jadi Universitas dan sekaligus memperingati HUT RI tanggal 17 Agustus mendatang. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini lomba yang tercantum dalam madding sama dengan tahun yang lalu, yang dominan dengan pertandingan olahraga seperti footsall, voli, badminton dllll. Tidak ada perbedaan yang mencolok. “Alangkah indahnya, kalau masalah kebersihan masuk dalam kategori ,pikirku dalam hati”. Dan lagi-lagi aku mesti kecewa. Ternyata Risma pun ga’ bisa meyakinkan teman-temannya dalam organisasi. Anak-anak bilang, kalau masalah samapah dan kebersihan bukab tanggung jawab kita Din. Sudah ada tukang kebun atau cleaning service yang menangani. Begitulah kata-kata Risma yang aku dengar. Tapi yang paling aku kecawakan, kenapa semua mengandalkan tukang kebun atau cleaning service? Kebersihan adalah tanggung jawab bersama.
***
Sebutan cleaning service. Selama ini aku hanya melihat dua orang yang membersihkan dan menyapu gedung jurusan, Ibu Asni dan Pak Maman. Suami istri itu hampir tiap pagi menyapu lantai di gedung jurusan. Kadang juga terpikir olehku, apa hanya dua orang ini yang membersihkan gedung sebesar ini? Berapa gaji mereka tiap bulannya dari pekerjaan ini? Padahal kalau aku perhatikan, bu Asni dan pak Maman sudah tua. Mungkin mereka seusia kakek dan nenekku di kampong. Sudah waktunya mereka menikmati hari tua di rumah dengan anak dan cucu.
***

Ngomong-ngomong masalah gaji, sempat waktu kuliah sore aku ngobrol dengan bu Asni. Ternyata mereka hidup hanya dari penghasilan sebagai cleaning service. Sedangkan mereka masih menghidupi anak bungsunya. Jadi orang kecil memang susah neng, ibu juga harus sedikit ngoyo untuk membantu pak Maman cari uang. Memang anak ibu berapa? tanyaku disela-sela ngobrol. Anak ibu tiga, tapi yang dua sudah punya keluarga sendiri, jawab bu Asni ramah. Terus yang biasanya bantu ibu membersihkan gudang itu, apa anak ibu yang terakhir? Tanyaku lagi. Iya neng, itu anak bungsu ibu. Dari kecil anak-anak ibu sudah biasa bekerja, jawab bu Asti. Masih banyak cerita dari bu Asti yang membuat aku terenyuh mendengarnya. Ternyata jalan hidup manusia memang berbeda. Satu hal yang perlu diingat, bahwa manusia haruslah bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan.
***

Setelah mendengar jawaban Risma, aku hanya bisa berkata “ya udahlah ga’ apa-apa Ris, yang penting kamu udah berusaha kan”. Dalam hati, aku kecewa banget dengan sikap teman-teman yang tidak merespon sedikitpun. Mungkin ideku ini terlalu kuno dan tidak modern sama sekali. Tapi, aku selalu berharap suatu saat ada orang-orang yang pemikirannya sama seperti aku. Biar pekerjaan yang ditanggung bu Asti dan pak Maman sedikit berkurang.
Seandainya sampah tahu di mana tempatnya………………..
Seandainya sampah bisa bicara…………….
Seandainya, seandainya…seandainya!
Tapi semua itu hanya halusinasi semata, sampah benda mati dan selamanya akan menjadi benda mati yang tidak bisa apa-apa. Manusialah yangcharusnya sadar memulai hidup dengan memperhatikan hal-hal yang kecil “membuang sampah pada tempatnya”.


Sby, November 2008